Dominance = Kompetitif!!!

Beberapa minggu yang lalu, saya menyelenggarakan sebuah training bertemakan Self Development dan Human Interaction kepada para volunteers Yayasan Satu Untuk Jabar. Nah, iseng saya mengisi sebuah kuisioner yang dibawakan oleh lembaga training pengisi materi pada acara tersebut. Kuisioner ini bertujuan untuk mencari tahu profil kepribadian seseorang. Melihat sekilas sepertinya hampir sama dengan kuisioner yang dulu sekali pernah saya isi ketika membaca buku Personality Plus, hanya saja disajikan dengan bahasa yang sedikit berbeda.

Hasil dari kuisioner ini akan menyimpulkan apakah kita memiliki karakter dominance(kompetitif), influence(persuasif), steadiness(loyal), conscientinousness(perfeksionis) mutlak. Atau bisa juga perpaduan dari beberapa karakter diatas. Hasil kuisioner  (yang saya isi sendiri) menunjukkan nilai dominance 15, influence 13, steadiness 7, conscientinousness 5. Nah, jadi kalau subjektif menurut saya pribadi, karakter saya adalah perpaduan dari DOMINANCE dan INFLUENCE.

Tetapi, dua teman saya di Satu Untuk Jabar, mencoba mengisi kuisioner tersebut menurut sudut pandang mereka! Dan hasilnya menunjukkan nilai dominance 28, influence 5, steadiness 3, dan conscientinousness 4!!! Waw, ternyata penilaian saya terhadap diri sendiri jauh berbeda dengan penilaian orang lain terhadap saya! Tetapi setidak-tidaknya, keduanya menunjukkan bahwa karakter saya adalah DOMINANCE!

Seperti apakah orang berkarakter dominance itu?? Teorinya mengatakan, orang yang berkararkter seperti ini bersifat ambisius, ber-ego tinggi, suka mengambil resiko, efisien, menenkankan/berorientasi pada hasil, tidak sabar, menginginkan perubahan, melakukan banyak hal sekaligus, bereaksi terhadap konforntasi langsung, suka akan kemenangan!!! *waw… si saya banget ini mah…*

Kemudian karakter dominance dalam sebuah tim atau ketika bekerjasama dengan orang lain adalah seorang pemimpin, hebat dalam mengatasi kritis, pengingat bagi orang lain agar berjalan sesuai rencana, konsentrasi pada goal, suka akan persaingan, selalu melihat ke ‘depan’, bekerja maksimal dengan beban kerja yang lebih!!

Waw… ga usa berlama melihat teori-teori tentang kelebihannya. Disamping itu, banyak banget kekurangan yang dijelaskan tentang karakter itu, dan memang kekurangan itu saya rasakan adanya, antara lain merasa memiliki otoritas yang lebih, suka ber-argumen, rutinitas = membosankan, mengabaikan resiko yang potensial, KERAS KEPALA, sering berbicara tanpa berpikir (T____T), bukan pendengar yang baik, mengabaikan pendapat orang lain dalam membuat keputusan, frustasi bila melihat orang lain bergerak lambat!! *waw…. hampir semuanya benar T_______T, bahkan semuanya!!! dan kurang satu hal lagi sepertinya… yaitu suka pamer!!! :(*

Well, doakan si saya bisa terus memperbaiki semua sifat-sifatnya…. aamiin…

*btw, kalau mau cari tau tentang karakter Anda, googling aja, sudah banyak yang menulis tentang keempat karakter diatas :)*

Posted on 31 Maret, 2010, in shiddieq and tagged . Bookmark the permalink. 21 Komentar.

  1. aamiin… (mengaminkan diri sendiri juga)

    klo kata kang arfi, itu bisa di-setel, sesuai kebutuhan… tinggal kitanya aja yg mau ‘merubah diri’ atau gak ^___^…

  2. nah, ketauan ya sifat2 jelek lu hehheee

  3. Emang dasarnya koleris akut! Wehee…. Kudu belajar biar ngga meng-intimidasi orang lain, Diq.

    • iya nih 😦
      gmn caranya Put? ada saran?

      • FYI : Saya juga koleris akut.

        Saran saya : baca buku “Personality Plus” untuk bisa memahami diri dan orang lain lebih baik. Berawal dari pemahaman yang baik, lanjut ke melakukan perubahan.

      • tu buku udah di baca dr SMA. tapi ga begitu ngaruh…
        ada saran lain?
        wew, koleris ama koleris bertemu = perang!!! :mrgreen:

      • Sudah baca dari SMA? Ckckck.. Memang perlu diakui, kecepatan memahami sesuatu berbeda-beda bagi tiap orang. (Yak! Genderang perang pun ditabuh.) 😆 Piss…

        Ehm.. Sekarang versi serius. Coba baca ulang bagian kekurangan koleris dan tips2 untuk menguranginya. Memang agak sulit untuk berubah, tapi mungkin. Dan perubahan dilakukan bertahap. Mulai dari : menahan diri untuk mengomentari hal2 yang tidak sesuai dengan pendapat/cara/sistim pribadi.

        Yah, namanya juga orang koleris, bahasanya cenderung dengan “yang seharusnya”. Nah, seringkali kita perlu menahan diri untuk membicarakan “yang seharusnya”. Karena mungkin momennya kurang tepat. Perlu waktu dan strategi agar orang lain bisa menerima “yang seharusnya” itu. Jika dikatakan pada waktu dan situasi yang tidak tepat, justru si koleris akan semakin dicap sebagai “keras kepala”, “sok tahu”, “sok benar”, dll.

        Banyak2 bersabar, bos.

  4. adek mau tes juga lah kapan sempat. google keywordnya apa bang?

  5. BEUH. ckckckckcck..

  6. aku juga koleris parah. tapi setidaknya selera humorku yang sarkastis itu menolong. 😛

  7. dari jaman hong ketemunya orang-orang kayak gini mulu yak, buaaahhhh

Tinggalkan Balasan ke Putri Chairina Batalkan balasan