Category Archives: ALLAH

Ketika dinomorsatukan!

Kamis siang, si saya baru sadar kalau sertifikat toefl si saya sudah expired. Mau tidak mau, si saya harus segera mengikuti test lagi, karena membutuhkan sertifikat yang masih berlaku pada Selasa! Karenanya si saya mendaftar test toefl untuk besoknya. Testnya diadakan Jumat, pukul 15.30 sampai dengan pukul 17.30, dan peserta harus berada di tkp 15 menit sebelum test dimulai. Nah, pikiran yang pertama kali melintas, bukan kapan belajar Toeflnya? Tetapi kapan shalat asharnya (waktu ashar 15.14)? Setelah test dilaksanakan, tentu terlalu terlambat untuk shalat ashar. Sementara kalau sebelum pelaksanaan test, di hari Jumat yang sama, saya sudah janji mepresentasikan aplikasi Tugas Akhir kepada dosen pembimbing pada pukul 15.30. Well, anggaplah skenario terbaiknya bimbingan dimulai tepat pukul 15.00, berlangsung 15 menit, pukul 15.15 saya meluncur ke Masjid Kampus Tercinta, shalat, lalu langsung meluncur lagi ke tempat test toefl dilaksanakan… dan semuanya berakhir dengan indah.

Itu skenario terbaik, buatan manusia, tetapi pada kenyataannya, bimbingan baru bisa dimulai pukul 15.20, sedikit terburu-buru, berhasil diakhiri pukul 15.35. Sambil lari turun dari ruangan dosen, nenteng laptop yang belum sempat dimasukkan ke tas, si saya bimbang ke masjid dulu atau langsung ke tkp test dilaksanakan. Dasar manusia bodoh dan lemah, sambil memohon ampun di dalam hati, si saya langsung berbelok menuju tempat test dilaksanakan. Sampai di tkp pukul 15.40, test sudah dimulai, soal listening sudah berjalan, si saya terlewat beberapa soal awal. Masih rada riweuh, langsung ikut ngerjain test dari bagian listening yang sedang berjalan.

Dan si saya tidak berhasil fokus sama sekali :(. Terus merasa berdosa karena menunda shalat hanya demi mengejar sebuah parameter nilai yang diciptakan manusia. Pada akhirnya, semua dikerjakan buru-buru. Setengah jam sebelum test berakhir, sekitar pukul 17.00, si saya pulang duluan, mampir ke masjid buat  ngejar shalat yang udah telat banget!

Ketika shalat si saya menyesal sangat, betapa bodohnya diri ini, sampai-sampai perlu waktu sekitar satu setengah jam, untuk meyakinkan diri bahwa shalat harus diutamakan. Betapa lemahnya, sampai-sampai lebih mengkhawatirkan parameter manusia dibandingkan parameter-Nya! Betapa mudah tertipunya, sampai mengejar yang fana dan menunda yang utama.

Dan esoknya saya sadar, bahwa walaupun hambanya begitu bodoh, begitu lemah, begitu mudah tertipu, Allah tetap mengasihaninya (red : terlalu hina untuk menggunakan istilah ‘menyayanginya’), si saya mendapatkan nilai test toefl tertinggi yang pernah dia dapatkan! Setelah bersyukur, yang kemudian pertama terlintas adalah, nilai ini di dapat bukan karena si saya memang mengerti mana jawaban yang benar, tetapi karena sepanjang test, si saya benar-benar ga bisa focus, dan cepat saja memilih jawaban tanpa piker panjang (baca : ngasal). Dan si saya menyesal, kalau shalat ashar jam 17.00, Allah udah ngasih segini, pasti kalau shalat tepat waktu nilainya lebih tinggi lagi! Hehe, dasar manusia… selalu menyesal belakangan dan tak pernah puas, padahal sungguh begitu hina.

Tidak ada yang pantas dibanggakan dari pengalaman kemarin! Sungguh hina menunda shalat! Apa artinya meraih parameter buatan manusia, tapi kemudian menomorduakan Dia? Tetapi ada hikmah dibalik semuanya. Pengalaman kemarin, mengingatkan si saya kembali, akan perasaan begitu lapangnya dada ini, begitu ringan semua permasalahan, begitu mudah hidup di dunia ini. Jika parameter darinya dinomorsatukan, benar-benar dinomorsatukan, bahkan tidak ada parameter lain yang bisa mendekatinya terlebih lagi menyalipnya!

 

Nothing really matters...

Tidak ada lagi yang ditakuti, tidak ada lagi yang membebani, tidak ada kekhawatiran terhadap penilaian manusia. Tidak ada yang membingungkan, semuanya semudah : kalau diperintahkan ringan untuk dilaksanakan, jika dilarang mudah untuk ditinggalkan! Tidak ada lagi yang menyesatkan fikir, yang menyesakkan dada, yang memberatkan yang sebenarnya ringan, dan meringankan yang sebenarnya berat. Ah.. benar-benar indah rasanya, sampai susah dideskripsikan perasaannya.

Sangking indahnya, si saya ingin kita semua merasakannya, tetapi karena keterbasan si saya menulis, jadi susah menjelaskannya. Tetapi sebenarnya gampang, letakkan saja parameter-Nya di posisi juara satu, nanti rasa itu akan datang dengan sendirinya… Perasaan ketika kita menomorsatukan Allah, maka yang lain tidak ada artinya… Nothing really matters…

Kita tutup tulisan ini dengan sabda dahsyat dari Nabi shallallahu ‘alaih wa sallam:

“Bila Allah mencintai seorang hamba, maka Allah berseru kepada Jibril: “Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka cintailah dia.” Jibrilpun mencintainya. Kemudian Jibril berseru kepada penghuni langit: ”Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka kalian cintailah dia.” Penghuni langitpun mencintainya. Kemudian ditanamkanlah cinta penghuni bumi kepadanya.” (HR Bukhary 5580)

 

Rahasia Mengakses Energi Terbesarmu!

Dari apa yang si saya dengar, lihat dan rasakan, si saya mengambil kesimpulan bahwa seorang anak manusia bisa mengerahkan energi terbesarnya ketika sedang dalam keadaan terpaksa! Ya, keadaan terpaksa. Misalnya, sebuah contoh yang sudah sering dikisahkan, seseorang bisa mengeluarkan kemampuan lari tercepatnya ketika dikejar oleh seekor anjing liar! Bahkan, sebuah parit yang tidak bisa dilompati dalam situasi biasa, bisa dengan mudah dilompatinya dalam kondisi terdesak! Terkadang, dalam berusaha atau melakukan sesuatu, kita tidak selalu mengeluarkan energi terbesar kita. Entah karena kita yang terlalu pesimis terhadap diri sendiri, atau alasan laiinya. Energi total yang kita miliki, terkadang tidak kita sadari, dan hanya bisa kita akses dalam kondisi terdesak saja.

Itu kesimpulan yang pertama. Tetapi kemudian, ketika si saya mendengar, melihat, dan merasakan lebih banyak hal dalam hidup ini. Maka saya menemukan kesimpulan kedua. Seseorang bisa mengeluarkan energi terbesarnya ketika melakukan sesuatu demi/untuk orang yang dicintainya. Lebih dahsyat lagi, tidak hanya mengeluarkan energi terbesasrnya, bahkan demi/untuk orang yang dicintainya seorang anak manusia sanggup menggunakan energinya untuk melakukan hal yang tidak disukainya! Si saya punya seorang teman, yang tiba-tiba bersungguh-sungguh mempelajari mata pelajaran yang sangat dibencinya hanya untuk menari perhatian dari orang yg disukainya. Atau contoh lain, seorang anak yang rela mengorbankan mimpinya, demi mimpi orang tuanya yang dititipkan kepadanya. Dan sebuah contoh terakhir -yang tidak bisa terbantahkan- seorang ibu rela melakukan apa saja demi/untuk kebahagiaan anak yang dicintainya. Ya, demi/untuk orang yang dicintai, kita bisa menemukan energi terbesar kita, bahkan menggunakannya untuk hal-hal yang sebenarnya tidak kita sukai!

Itu kesimpulan pertama dan kedua! Dan ketika si saya terus berjalan, dia menemukan kesimpulan ketiga atau yang juga dinamakan olehnya kesimpulan terkahir. Seorang anak manusia, bisa mengakses energi terbesarnya, menggunakannya untuk hal-hal yang bagi orang lain kelihatan tidak menyenangkan tetapi ia terlihat sangat menikmatinya! Seseorang bisa menggunakan energi terbesarnya untuk hal-hal yang tidak masuk logika! Kapan? Ketika dia melakukan sesuatu karena cintanya kepada Allah. Dikisahkan Bilal disiksa, tetapi bibirnya terus berucap, ‘ahad… ahad… ahad…’. Digiling dengan batu besar di padang pasir di bawah matahari dengan bertelanjang dada, tetapi tidak sekali pun terbersit pikiran untuk menukar aqidahnya. Atau kisah Siti Masitah, yang tabah melihat anaknya direbus hidup-hidup, karena cintanya kepada Sang Pencipta. Atau ketika Abu Bakar Shiddieq menjawab, ‘seluruhnya!’ Ketika ditanyakan jumlah harta yang akan diinfaqkan untuk perjuangan menegakkan ajaran Islam. Atau banyak contoh lainnya yang bisa kita lihat dari beberapa orang yang mungkin tinggal disekitar kita. Mereka semangat, mereka bahagia, dan mereka menikmati melakukan apa yang kelihatannya begitu berat, hanya karena rasa cintanya kepada Allah.

Bahkan melakukan hal-hal yang terkadang diluar logika! Ya, ketika kita berbicara tentang cinta kepada Allah, tentang iman maka itu memang tidak bisa dilogikakan. Karena iman kepada Allah itu sendiri, adalah meyakini sesuatu yang tidak bisa kita lihat secara langsung, sesuatu yang tidak bisa kita logikakan! Tapi tolonglah percaya, ketika kita bisa mengakses energi terbesar kita karena alasan yang ketiga(terakhir) ini, semuanya akan terasa indah dan mudah.

Jauh berbeda ketika kita mengaksesnya karena alasan pertama atau kedua. Mungkin setelah mengakses energi terbesar kita, kita akan capai atau lelah. Mungkin, ketika kita menggunakan energi terbesar kita, kita akan kesal atau tidak menikmatinya atau tidak ikhlas melakukannya. Tetapi ketika kita melakukannya karena alasan yang ketiga, maka sekali lagi saya tegaskan, semuanya akan terasa indah dan mudah! Alasannya? Sederhana, karena alasan pertama dan kedua tidak kekal, tidak abadi, tidak seperti alasan yang terkahir, yaitu karena Allah.

Karena Allah-lah, Kota Madinah pernah dibanjiri dengan khamar. Ketika larangan minum khamar diturunkan, para sahabat Rasulullah langsung membuang dan menumpahkan minuman keras mereka di jalan-jalan. Dan Banjirlah Kota Madinah. Padahal pada waktu itu, meminum minuman keras termasuk salah satu hobi mereka.

Karena Allah-lah, para shahabiyat langsung menarik dan menyambar hordeng, taplak-taplak meja, atau kain apa saja yang terlihat. Mereka tidak memikirkan bahan yang bagus, mereka tidak memikirkan model yang bagus. Tetapi ketika ayat tentang jilbab turun, hal yang pertama mereka pikirkan hanyalah bagaimana mereka melaksanakan perintah Allah dengan secepat mungkin!

Karena Allah-lah, seorang ayah rela mengayunkan mata pisah yang tajam di leher putranya. Putra yang telah bertahun-tahun dinanti kelahirannya. Dan ketika perintah itu datang kepadanya, tidak pernah ia bertanya mengapa dan kenapa. Ketika ia tahu itu perintah Allah, maka cukuplah semua alasan, dan dia ikhlas melakukannya. Demikian pula dengan putranya, tidak pernah ia bertanya mengapa dan kenapa. Ketika ia tahu itu perintah Allah, maka tegarlah dirinya lantang mengatakan ‘Lakukanlah wahai Ayahanda….’

Karenanya teman. Lakukanlah semuanya karena Allah semata! Bukan karena orang yang engkau cintai, bukan karena terpaksa. Maka semuanya akan indah dan mudah, seindah dan semudah yang tak pernah kau bayangkan.